EKOSISTEM INOVASI UNTUK INDONESIA

 



Buku berjudul Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan ini merupakan kelanjutan keinginan penulis untuk mempromosikan gagasan ekosistem inovasi. Berawal dari disertasi yang meneliti inovasi berbasis tempat mempromosikan konsep learning regions di kawasan perkotaan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek), penulis menyimpulkan penyelenggaraan kawasan perkotaan secara kolaboratif  dapat mengungkit potensi ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy). Kawasan perkotaan memiliki infrastruktur fisik, sumber daya manusia dan keuangan, serta yang paling penting tentunya sumber daya pengetahuan dan inovasi. Dengan jumlah penduduk yang besar, kawasan perkotaan memiliki potensi pasar sehingga beragam produk dan layanan ekonomi berbasis pengetahuan mudah mendapatkan pelanggan. 

Dalam perkembangannya, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital dan perusahaan rintisan, inventor dan inovator menjadi bagian penting dari suatu ekosistem yang memadukan tempat dan perusahaan atau industri. Awalnya, tempat memiliki keunggulan karena posisi atau letak, sumber daya alam, dan kepadatan (pasar). Keunggulan tersebut tidak akan berkelanjutan jika para inventor dan inovator tidak dapat lahir, tumbuh, dan berinovasi menjadi entreprenur. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian terkait para pendiri-pelopor perusahaan rintisan yang berkembang menjadi unicorn dan decacorn. 






Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi literatur mengenai latar belakang munculnya ekonomi digital, yaitu penemuan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) seperti semikonduktor, internet, IBM, Apple, Intel dan lain-lain yang menjadi wadah ekonomi digital dan mendapatkan momentum di era media sosial dan e-commerce. Yahoo, Amazon, Google, Facebook menjadi pemain besar karena para pendiri-pelopor perusahaan-perusahaan tersebut merupakan sosok-sosok yang mengambil peran sebagai entreprenur. 

Indonesia juga tak lepas dari pengaruh perkembangan ini. Beberapa pemain awal, salah satunya Kaskus, walaupun belum muncul dengan model bisnis sempurna karena terbatasnya infrastruktur dan pasar, telah menginisiasi ekonomi digital Indonesia. Perusahaan-perusahaan pemerintah kemudian mengambil peran dengan melahirkan anak perusahaan untuk mengkapitalisasi kemajuan ICT. Sayangnya, belum satupun yang muncul sebagai pemain dominan. Belakangan, 4 perusahaan rintisan asal Indonesia diakui menyandang status sebagai unicorn. 

Berdasarkan studi literatur mengenai kisah sukses perkembangan ekonomi digital di negara lain serta para entreprenur pelopor masing-masing, kami mengembangkan rancangan pertanyaan yang sejalan dengan kehadiran unicorn ala Indonesia. Kami memilih 4 unicorn, yaitu Bukalapak, Gojek, Tokopedia dan Traveloka. Kesimpulan yang diperoleh adalah, keberhasilan mereka yang semula adalah perusahaan rintisan, meliputi 2 hal penting, yaitu: momentum yang pas dengan perkembangan ICT, seperti ketersediaan infrastruktur dan pasar, serta keuletan para entreprenur pelopor yang merupakan manusia-manusia pemberani, tangguh, pekerja keras, kreatif dan berani mencari peluang. 


Ekosistem ekonomi berbasis pengetahuan di kawasan perkotaan akan berkembang menjadi ekosistem yang subur jika para entreprenur penerus (setelah era empat unicorn) menjadikan problem sosial dan masyarakat sebagai tantangan yang perlu dicari solusinya. Tentu saja solusi tersebut didapatkan dengan memanfaatkan teknologi, khususnya deep technology. Ekosistem berbasis tempat akan tumbuh maksimal dengan mempromosikan para aktor, yaitu entreprenur atau urban entrepreneur. Kami mengharapkan buku ini dapat menjadi pengantar praktis dan teoretis terkait entrepreneur dan entrepreneurship perusahaan rintisan di Indonesia. 


Muhammad Rahmat Yananda
Ummi Salamah

*pembaca yang berminat memiliki buku Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan (2020), dapat melakukan pemesanan di sini: https://www.tokopedia.com/ngobralbuku/ekosistem-inovasi-dan-kewirausahaan-rintisan?whid=0

Comments

Popular Posts