Bangalore; Silicon Valley of India
Bangalore adalah salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat di India, dan dikenal sebagai Silicon Valley of India. Bangalore yang pada 2014 berganti nama menjadi Bengaluru bersama dengan National Capital Region (NCR) yang terdiri dari kota Delhi, Faridabad, Ghaziabad, Gurugram, Noida, telah menjadi rumah bagi 65% perusahaan rintisan (Startup) India. Di tahun 2015, Bangalore berada di peringkat 15 Global Startup Ecosystem (Nasscom, 2015). Pada tahun 2019, Bangalore berada di peringkat 18 untuk ekosistem global perusahaan rintisan, naik dua peringkat dari tahun 2017. Ekosistem Asia lainnya yang memiliki peringkat di atas Bangalore adalah Beijing (3-4) dan Singapura (14). Bangalore menduduki peringkat di atas Hong Kong (25). Baik Beijing, Singapura, Bangalore, maupun Hong Kong termasuk ke dalam 30 ekosistem peringkat teratas secara global (Startup Genome, 2019).
Peletakan fondasi Bangalore sebagai hub perusahaan rintisan India telah dilakukan sebelum dan setelah kemerdekaan India (Subrahmanya, 2017). India merdeka pada 1947 dan titik tolak pembangunan Bangalore tercatat dilakukan pada akhir tahun 1940, 1950 dan awal 1960. Bangalore dirancang menjadi kota modern dengan membangun sejumlah pemain utama di sektor publik seperti HAL (Hindustan Aeronautics Limited), HMT (Hindustan Machine Tools), ITI (Indian Telephone Industries), BEL (Bharat Electronics Limited), BHEL (Bharat Heavy Electricals Limited), dan BEML (Bharat Electronics Movers Limited).
Kendati India saat itu baru merdeka, Bangalore menjadi menarik karena 2 institusi penting. Pertama, IISc atau Indian Institute of Science yang telah muncul sejak 1906 dan menjadi bagian dari implementasi visi jangka panjang V.N Tata. Kedua, University Vivesraya College of Engineering (UVCE) yang dibentuk sebagai sekolah tinggi teknik milik pemerintah oleh negarawan M. Visvesraya di tahun 1917. Kedua lembaga ini, IISc dan UVCE, berperan penting di Bangalore sebagai hub perusahaan rintisan, sebagai sumber kewirausahaan dan pekerja berbakat. Fondasi kemunculan ekosistem kewirausahaan untuk perusahaan rintisan di Bangalore selama 6 dekade sejak tahun 1940 sampai dengan awal tahun 2000 secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3 periode yang berbeda meski tumpang tindih.
Periode pertama dimulai sejak akhir 1940 sampai dengan pertengahan 1980, Bangalore muncul sebagai klaster industri modern yang terdiri atas industri permesinan dan elektronik sebagai dampak kebijakan publik yang mempromosikan lokasi dan pertumbuhan. Pelaku utama saat itu adalah sektor publik, lembaga R & D publik, kawasan industri untuk UMKM dan pendidikan, serta lembaga riset. Periode kedua dari pertengahan 1980 sampai dengan akhir 1990, Bangalore dikenal sebagai klaster industri teknologi informasi dan teknologi bisnis karena liberalisasi kebijakan ekonomi yang memungkinkan perusahaan multinasional masuk ke India dan berkembang hingga turut merangsang perkembangan perusahaan domestik. Periode ketiga dimulai akhir 1990 sampai awal 2000. Pada periode ini Bangalore merupakan sebagai klaster pusat R & D karena dianggap stabil. Liberalisasi terjadi secara gradual melalui aturan dan regulasi mengenai investasi asing. Alhasil, perusahaan multinasional semakin banyak datang dan menambah jaringan R&D yang sudah ada selain lembaga R & D publik yang telah ada sebelumnya.
Kekuatan Bangalore sebagai ekosistem tercermin dari proporsi yang dipotret pada 2005 sampai 2013. Bangalore memiliki 30% dari keseluruhan perusahaan rintisan tingkat awal dan prosentase ini merupakan yang terbesar. Bangalore juga menjadi tuan rumah 5-8 unicorn yang berasal dari India. Sebagai kawasan ekosistem perusahaan rintisan, Bangalore memiliki kekhususan dalam pengembangan perangkat lunak. Kemampuan ini dimiliki berkat kesiapan kelembagaan inovasi yang mendukung kemunculan industri. Di tahun 1990, India menjadi pusat pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) tercepat secara global. Pasar ICT Amerika Serikat berekspansi ke India, menyebabkan industri perangkat lunak dan layanannya di India mencapai pertumbuhan yang fenomenal, yaitu sebesar 50% per tahun di tahun 1990. Peningkatan total penerimaan menjadi 5,7 miliar dolar AS pada tahun 1990/2000 dan terus meningkat menjadi 10,1 miliar dolar AS di tahun 2001/2002. Kontribusi industri ini terhadap GDP meningkat dari 0.59% di 1994/1995 menjadi 2.87% pada 2001/2002 dan 70% penerimaan dalam bentuk dolar AS dari ekspor. Kontribusi India tercatat sebesar 18.5% ke pasar global untuk produk alih daya perangkat lunak yang secara global setara dengan 1.5% dari keseluruhan industri perangkat lunak senilai 500 miliar dolar AS. Hasil ini ditopang oleh intervensi berupa kebijakan yang digelontorkan pada pertengahan 1980, berlanjut ke tahun 1984 (Computer Policy) dan 1986 (Computer Software Export, Development and Training Policy) (Okada, 2005: 249).
Bangalore merupakan basis bagi perusahaan di atas karena kesiapan kelembagaan inovasi di bidang perangkat lunak. Prestasi ini mencerminkan kemampuan pengelolaan tenaga kerja lokal dalam memenuhi permintaan dan penawaran untuk angkatan kerja terampil di bidang teknologi informasi, selain juga penyelenggaraan kerjasama antara perusahaan dengan negara, industri dan lembaga pendidikan. India dikenal sebagai negara yang muncul dengan perkembangan tercepat sebagai pengekspor perangkat lunak dan layanan untuk ekonomi global di tahun 1990-an, dengan Bangalore sebagai klaster terbesarnya. India merupakan produsen kedua terbesar dunia untuk bakat profesional di bidang teknologi informasi, dan mengirim bakat-bakat tersebut ke Amerika Serikat, Jepang dan Singapura. Berkat perkembangan yang impresif, Banglore mendapat julukan sebagai Silicon Valley of India (Odaya, 2005: 245).
Kesiapan kelembagaan inovasi Bangalore mengundang perusahaan- perusahaan asing untuk berinvestasi dan beroperasi. Ketersediaan sumber daya manusia terampil dengan upah bersaing menjadi keunggulan Bangalore. Dan sebagian perusahaan yang masuk memiliki markas di Silicon Valley, Amerika Serikat. Saat ini, Bangalore menjadi salah satu kota penting yang berperan sebagai inkubator dan akselerator perusahaan rintisan bersama-sama dengan Delhi NCR, Mumbai dan Chennai.
*Diikhtisarkan dari pembahasan tentang Ekosistem Inovasi di Asia dalam buku Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan (2020) karya M Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Pembaca yang berminat membaca buku tersebut, dapat memesannya di sini: https://tokopedia.link/lW52tQJgLcb
Comments
Post a Comment