Entreprenur Teknologi


Istilah  "entrepreneur” berasal dari bahasa Prancis “entreprende”, yang muncul pertama kali dalam Dictionnaire de la langue francaise pada tahun 1437. Dalam kamus itu, kata ini memiliki 3  makna, tapi makna yang lebih sering dipakai mengacu kepada; seseorang yang aktif dan mencapai sesuatu. Sementara kata "entreprende” sendiri bermakna melakukan, atau tindakan. Pada abad 17 di Prancis, entreprende dipahami sebagai “orang yang menanggung risiko”, walaupun tidak semua risiko. Sepanjang abad 18, entepreneur dipahami sebagai “orang yang dikontrak untuk melakukan suatu pekerjaan besar, umumnya untuk kepentingan negara, dengan harga yang telah ditetapkan”. Sampai abad 18 belum ada padanan konseptual dari kata entrepreneur dalam bahasa Inggris, dan kata tersebut hanya didefinisikan sebagai “petualang, yang mencari kesempatan berbahaya; orang yang menempatkan dirinya dalam suatu peluang”.



Pada perkembangan selanjutnya, definisi entrepreneur dalam bahasa Inggris diperluas menjadi berhubungan dengan “suatu situasi di mana seseorang terlibat dalam suatu proyek yang berisiko di mana keuntungan yang akan didapatkan belum ada kepastian”. Di akhir abad 18, konsep “pelaku tindakan” digantikan oleh konsep kapitalis, yaitu konsep “pengusaha" atau "wirausaha” (businessman). Terma entrepreneur berhubungan dengan entrepreneurship dan enterprise. Dan, entrepreneur kemudian didefinisikan sebagai "orang yang melakukan atau bertindak. Entrepreneurship adalah kegiatan yang dilakukan seorang entreprenur, dan enterprise adalah “usaha bisnis tertentu (jenis usaha)” (Blundel, Lackett dan Wang, 2018: 34-37). 

Baik di era Mesin Pertama (penciptaan mesin yang mendorong Revolusi Industri) maupun Mesin Kedua (penciptaan komputer dan teknologi digital), sebagaimana pemetaan Bryfnjolfsson dan McAfee (2014) dalam The Second Age Machine Work, Progress, and Prosperity in Time of Brilliant Technologies, para entreprenur mendorong perubahan dengan berinovasi demi memenuhi beragam kepentingan manusia dengan tangan dingin mereka. Bila merujuk pada konsep "inovasi" Schumpeter, sebagai rangkaian aktivitas dari penciptaan produk baru atau peningkatan produk, metode atau proses produksi baru, pembukaan pasar baru, penyediaan sumber bahan baku baru, dan penciptaan bentuk organisasi industri atau administrasi baru,  maka seorang entreprenur tampil sebagai pihak yang mampu menyelenggarakan keseluruhan dari rangkaian tersebut. Berbeda dengan inventor yang cukup memastikan keberhasilan penciptaan suatu produk, seorang entreprenur harus memastikan produk tersebut diterima pasar dan masyarakat. Entreprenur bertugas memastikan inovasi berjalan dengan baik. 

Entreprenur menjadi faktor penting dalam pertumbuhan dan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Menurut Carl J. Schram, mantan Presiden dan CEO Erwing Marion Kauffman Foundation, para entreprenur memberikan arahan atau komando (imperatif). Entreprenur dan dunia yang mereka geluti (entrepreneurship), memberikan keunggulan komparatif bagi Amerika Serikat sebagai bangsa dalam mendapatkan kekuatan super di bidang ekonomi. Dunia usaha dengan aktornya yaitu para entreprenur membangun keunggulan Amerika Serikat melampaui kontribusi kemajuan teknologi dan dunia pendidikan. 

Pantai Barat Amerika Serikat telah menjadi tempat pembibitan yang luar biasa untuk bisnis yang memadukan teknologi canggih dengan pasar dan produk baru. Kawasan tersebut menjadi tempat kelahiran perusahaan berbasis teknologi yang berkembang menjadi perusahaan mapan seperti Apple, Microsoft, Amgen, Cisco, Amazon, dan Google. Kawasan yang  menjadi tempat kelahiran perusahaan baru yang menjanjikan seperti Tesla, Zynga, Amyris dan Twitter. Sedangkan Facebook merelokasi perusahaan ke tempat yang sama (C.M. Beckman dkk., 2012). Kawasan itu popular dengan sebutan SiliconValley. 

Silicon Valley adalah sebuah klaster inovasi. Klaster inovasi adalah hotspot ekonomi global di mana teknologi berkecambah dengan tingkat pertumbuhan yang mencengangkan dan merupakan wadah pertemuan sumber modal, keahlian dan bakat yang membantu perkembangan industri dan cara berbisnis baru. Silicon Valley penuh dengan semangat, ekosistem yang berkembang ditumbuhi perusahaan-perusahaan rintisan (Startup), bisnis yang mendukung proses terkait perusahaan rintisan, dan dukungan perusahaan besar. Dalam ekosistem tersebut, sumber daya manusia, modal, pengetahuan mudah berpindah (mengalir) dan transaksi berlangsung cepat didorong oleh pencarian peluang tanpa henti, pembiayaan yang berkelanjutan, dan siklus model bisnis yang bersifat jangka pendek (Engel, 2014: 37). 

Klaster inovasi membutuhkan berbagai komponen pembentuk seperti perguruan tinggi, pemerintah, enteprenur, dan ditambah beberapa komponen pendukung antara lain seperti modal ventura, perusahaan besar,pusat riseti ndustri dan penyedia layanan jasa dan manajemen. Sumber daya manusia di klaster tersebut tidak hanya terdiri atas orang-orang yang berpendidikan dan memiliki keahlian tinggi, tetapi lebih khusus lagi adalah orang-orang yang inovatif dan memiliki kemampuan kewirausahaan. Pada tahun 2010, Silicon Valley menjadi salah satu kawasan pemegang paten terbanyak yang disumbangkan perusahaan rintisan dan para entrepenurnya. Para entreprenur di Apple (Job dan Wozniak), Google (Page dan Brin), dan Facebook (Zuckerberg) bahkan telah muncul menjadi ikon budaya popular (Engel, 2014: 40). 

Para entreprenur yang berdatangan ke Silicon Valley di masa kini, seperti keramaian umat manusia yang berdatangan ke kawasan yang sama di era  Gold Rush  atau "Demam Emas California” pada tahun 1849, yang digambarkan secara rinci oleh novel The Daughter of Fortune (1999), karya Isabel Allende. Di zaman ini, para petualang individual mengalihkan perhatiannya ke perusahaan-perusahaan di Bay Area, California Utara. Mereka adalah para entreprenur, orang-orang yang berani mengambil risiko tinggi untuk memperoleh keuntungan yang besar. Semangat para entreprenur berlanjut sampai kini, di mana para entreprenur di Silicon Valley mencari peluang yang berpotensi besar dan memodalinya untuk mendapatkan keuntungan. Mereka adalah para entrepenur teknologi. 

Entreprenur teknologi adalah gaya kepemimpinan bisnis yang melibatkan potensi tinggi, peluang komersialisasi teknologi secara intensif, juga penggabungan beragam sumber daya seperti bakat dan modal, serta pengelolaan pertumbuhan bisnis yang cepat dan penuh risiko. Entreprenur teknologi mengarahkan perhatian pada  bisnis baru di mana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan elemen inti dari suatu peluang usaha.... 


*Diikhtisarkan dari perbincangan tentang Entreprenur Pelopor dalam buku Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan (2020), karya M Rahmat Yananda & Ummi Salamah. Pembaca yang berminat untuk membaca buku tersebut, dapat melakukan pemesanan di sini:  https://tokopedia.link/lW52tQJgLcb








Comments

Popular Posts