Jatuh-Bangun e-Commerce
Pada fase yang paling awal, e-commerce masih berbasis Electronic Data Interchange (EDI). Aktivitas bisnis e-commerce menggunakan perangkat seperti telegraf, telepon, teleks, dan faks. Sedangkan di jasa keuangan, bank telah lebih dulu memanfaatkan pengiriman uang secara elektronik. Yang menjadikan e-commerce baru dan berbeda dari aktivitas bisnis lainnya adalah pertukaran data elektronik yang berfungsi mentransmisikan dokumen-dokumen bisnis dalam format standar dari satu komputer ke komputer lainnya. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam proses pengiriman barang seperti faktur, pemesanan, dan tagihan distandarisasi dalam bentuk dokumen, disimpan, dan dikirimkan secara elektronik. EDI dikenal sebagai”perdagangan tanpa kertas” atau “tawar menawar tanpa kertas”, yang tentu mengurangi biaya pengadaan kertas dan pencetakan. General Electric, Sears dan Walmart adalah pelopor penggunaan teknologi EDI ini. Pada masa itu internet belum hadir dan perusahaan-perusahaan masih terhubung melalui VAN (Value Added Network), jaringan yang menghubungkan perusahaan dan dapat melakukan transfer data secara aman. Akan tetapi biaya penyelenggaraan untuk layanan ini masih mahal.
Grafis diadaptasi dari Laudon dan Traver, 2018
Di fase kedua, e-commerce kemudian berbasis internet, terutama ketika biaya penggunaan EDI dan VAN yang relatif mahal menghalangi perusahaan melakukan ekspansi. Teknologi EDI pada saat itu hanya dapat dimanfaatkan oleh e-commerce dengan tipe business to business (B2B) dan belum merambah ke perusahaan jenis business to consumer (B2C). Di awal tahun 1990, bersamaan dengan penghentian pelarangan pemanfaatan internet untuk kepentingan komersial, e-commerce menemukan momentum dan berkembang pesat. Perusahaan kemudian beralih ke internet dan meninggalkan EDI karena internet lebih murah untuk berkomunikasi dan mentransfer data atau informasi. Harga yang murah memberi peluang kepada perusahaan kecil untuk berpartisipasi dalam pasar. Masa sejak kelahiran EDI sampai dengan pertengahan 1990 kemudian dikenal sebagai tahapan embrio e-commerce.
Setelah tahun 1995, e-commerce berbasis internet mulai dikenal. Periode ini terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap kecambah (seed), tahap inovasi, dan tahap dewasa. Tahap kecambah (1995- 1997) adalah saat di mana internet masih digunakan secara terbatas untuk mempublikasikan dan mencari informasi produk, belum untuk transaksi daring. Pengguna internet dapat berselancar (surfing), melakukan browsing informasi, mengirim dan menerima surat elektronik, mengobrol secara daring, dan lainnya. Saat kebanyakan perusahaan hanya menggunakan internet untuk menyediakan informasi kepada pelanggan, beberapa kemudian menemukan bahwa internet memiliki potensi dalam melakukan pertukaran informasi bisnis. Perusahaan-perusahaan tersebut mulai mengembangkan aplikasi untuk aktivitas bisnis.
Selanjutnya aktivitas bisnis e-commerce sampai pada tahap inovasi (1997-2000), ketika transaksi dapat dilakukan secara daring dan orang-orang mendapatkan pengalaman visual. Sejumlah besar modal ventura mulai berminat masuk ke dunia e-commerce dan minat ini berdampak besar pada perkembangan e-commerce, ditandai dengan kemunculan e-commerce yang menggeluti bisnis buku daring, konferensi berbasis web, bank daring dan lainnya. Layanan baru e-commerce bahkan mengembangkan model bisnis baru seperti yang dimiliki oleh toko daring Amazon dan mesin pencari Yahoo. Di tahap ini, bisnis berbasis internet melahirkan sederet miliuner dan perusahaan baru berskala global, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perusahaan-perusahaan besar tradisional di Amerika Serikat seperti General Motors Company dan Dell Inc ikut menancapkan kaki di e-commerce. Akan tetapi pertumbuhan e-commerce pada tahap ini belum mencapai tahap dewasa. Keinginan untuk memanfaatkan kesempatan mendapatkan keuntungan besar menyebabkan banyak gagasan terkait e-commerce dibiayai tanpa implementasi yang mendukung. Cacat dalam pengembangan e-commerce muncul di tahun 2000 yang akhirnya menghancurkan e-commerce. Gelembung dot-com pecah diikuti dengan merosotnya indeks di bursa saham NASDAQ (National Association of Securities Dealer Automated Quotations). Saham Amazon pun sempat mencapai titik terendah di periode 1998-2000. Kejadian tersebut membuat pelaku e-commerce lebih hati-hati dan mulai bersemi kembali pada tahun 2004. E-commerce dengan model bisnis yang baik tetap bertahan bahkan berkembang pesat.
Sejak tahun 2000 (tahap dewasa), pemahaman tentang e-commerce terus meningkat menuju konsep elektronik tertinggi. E-commerce adalah kombinasi teknologi informasi dan aplikasi komersial. Teknologi ini menjadi dari bagian bisnis dan dapat diaplikasikan pada bidang lainnya seperti pendidikan, kesehatan, administrasi, militer, dan perbankan daring. Perubahan besar yang terjadi pada tahap ini adalah berkat kemajuan teknologi jalur lebar (broadband). Pengguna internet dapat terhubung secara lebih cepat, menonton video dan gambar, serta mendapat bantuan untuk mengambil keputusan sebagai pelanggan. Di sisi lain, perusahaan dapat menampilkan produk secara menarik untuk mempengaruhi pelanggan.
Kemunculan teknologi RFID (radio-frequency identification) mampu menyatukan proses bisnis yang sebelumnya terpisah-pisah. RFID membuat perusahaan dapat memonitor persediaan dan produk dengan menggunakan scanner. Perusahaan juga dapat berkomunikasi dan berbagi informasi mengenai transaksi, persediaan, logistik, dan informasi permintaan dengan pelanggan. Teknologi seluler juga membawa e-commerce ke era baru dengan memanfaatkan gawai cerdas (smartphone). Perusahaan memindahkan sebagian besar transaksinya ke telepon seluler termasuk yang terkait dengan promosi, komunikasi, penjualan, dan pembayaran. Di periode ini Apple menemukan model bisnis baru, yaitu App Store. Apple melakukan antarmuka pemrograman aplikasi (API) dari iPhone, iPad dan iTunes yang memungkinkan pengguna mengembangkan aplikasi dan perangkat lunak. Pengembang dapat menjual aplikasinya ke Apple. Sementara itu, e-commerce terus berekspansi ke produk seperti musik, video, buku elektronik, dan produk digital lain.
Sementara itu, Laudon dan Traver (2018) membagi perkembangan e-commerce juga menjadi 3 tahapan. Tahap pertama adalah invensi (1995-2000). Dalam periode ini e-commerce merupakan aktivitas penjualan barang ritel di internet dan mengalami pertumbuhan luar biasa, ditandai dengan pembiayaan modal ventura yang mencapai nilai 125 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Namun cerita indah ini berakhir saat bisnis dot-com di tahun 2000 mengalami kejatuhan (crash). Titik kejatuhan inilah yang menandai berakhirnya periode invensi. Periode kedua adalah tahap konsolidasi (2001-2006). Setelah kehancuran karena dot-com crash, bisnis e-commerce mengalami evaluasi ulang dengan memberikan penekanan lebih kepada aspek bisnis dibandingkan dengan aspek teknologi. Selain itu, produk yang diperdagangkan juga bertambah, tidak hanya bertumpu pada barang ritel tetapi juga memperdagangkan jasa yang kompleks seperti perjalanan (travel) dan keuangan. Tahun 2007 merupakan titik awal tahapan reinvensi bersamaan dengan peluncuran iPhone. E-commerce bertransfomasi lebih cepat dengan memanfaatkan teknologi web 2.0 yang memungkinkan beroperasinya aplikasi berbasis user generated content (UGC), online social network (jaringan sosial daring), blog, video, photosharing dan wiki. Aktivitas e-commerce dirancang sesuai dengan kemampuan gawai cerdas. Pesan yang dapat disampaikan lebih banyak, beragam, dan menarik. Periode reinvensi ini masih berlangsung hingga sekarang.
*Diikhtisarkan dari pembahasan tentang Entreprenur Digital dalam buku Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan (2020), karya M Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Pembaca yang berminat membaca buku tersebut, dapat memesannya di sini: https://tokopedia.link/lW52tQJgLcb
Comments
Post a Comment