Nadiem Makarim dan Visi Besar Gojek





Entreprenur muda Nadiem Makarim membangun platform yang memberikan fleksibilitas layanan transportasi. Taksi sepeda motor, yang dikenal sebagai ojek, telah menjadi salah satu solusi efisien bagi kemacetan lalu lintas level dewa di Jakarta. Penegasannya tentang peran penting ojek sebagai pemecah masalah transportasi inilah yang mendorong Nadiem untuk memulai perusahaan rintisan (Startup). Nadiem sendiri mengakui bahwa ketika seseorang sedang terburu-buru dan ingin pergi ke tempat tertentu, ojek adalah moda transportasi yang paling dapat diandalkan. Banyak orang membutuhkan layanan mereka secara teratur. Dan, Nadiem sendiri memiliki pengalaman langsung saat membutuhkan ojek. Menurutnya, orang-orang yang menghargai waktu akan memilih kendaraan yang dapat diandalkan untuk berbagai kepentingan.

Ide merintis Gojek muncul dari rasa frustrasinya terhadap kemacetan. Ojek menjadi pilihan untuk mengantarnya ke berbagai lokasi di Jakarta. Namun kelemahan ojek adalah harga yang tidak transparan. Ojek juga sering tidak dapat ditemukan. Padahal selama jam sibuk, jumlah ojek banyak. Dari pengamatannya, ojek memiliki masalah dengan keandalan. Jadi idenya, menurut Nadiem Makarim, “…oke, bagaimana jika kita dapat mendapatkan kendaraan bermotor tercepat dan membuatnya tidak hanya beroperasi untuk mobilitas, tetapi juga berpotensi memindahkan barang-barang dengan cara tercepat yang mungkin". Pikiran itu menjadi keseluruhan premis di balik pembangunan aplikasi Gojek. Kendaraan  roda dua lebih cepat dari roda empat! Peluang lain yang dikembangkan Gojek dengan memanfaatkan kehadiran teknologi adalah memaksimalkan kapasitas dari tiap unit ojek yang tidak terpakai. 

Ojek pangkalan sering mengeluh karena hanya dibutuhkan pada jam-jam sibuk. Di luar jam tersebut mereka tidak dapat mengandalkan pendapatan dari pekerjaan sebagai ojek. Mereka dapat menunggu berjam-jam tanpa kepastian kehadiran penumpang. Jika mendapatkan penumpang pun, si pengemudi harus kembali ke pangkalan dan mengantri sehingga sangat menghabiskan waktu. Keluhan lain datang dari layanan ojek yang tidak pasti. Ojek reguler lebih mahal karena mereka tidak memiliki kepastian pesanan. Nadiem menemukan ketidakefisienan yang harus mendapatkan solusi. Solusinya adalah teknologi. Gojek dapat meningkatkan efisiensi dengan menciptakan alat yang menghubungkan pengguna ke penyedia layanan. Dari situlah ide Gojek berasal. Nadiem dan timnya bekerja bahu-membahu mengimbangi teknologi guna meningkatkan jumlah pelanggan bagi para pengemudi. “Sejauh ini hasilnya cukup memuaskan. Pengemudi terbaik kami dapat menghasilkan hingga 7 juta per bulan," katanya. 

Dimulai dengan memberikan layanan transportasi (awalnya roda dua) dalam waktu singkat Gojek telah menjadi pemimpin industri Indonesia di semua layanan vertikal utama transportasi, pengiriman makanan, pembayaran ponsel, logistik, dan layanan pedagang. GoFood telah menjadi layanan pengiriman makanan terbesar, sementara GoPay  jauh di depan pesaing sebagai platform pembayaran terkemuka di Indonesia yang digunakan untuk memproses tiga perempat dari pembayaran seluler (mobile payment) Indonesia.

Gojek berekspansi secara internasional. Perusahaan rintisan itu bersemangat untuk memperluas visinya ke lebih banyak negara dan pada saat yang sama menempatkan Indonesia di peta regional sebagai pusat inovasi teknologi. Gojek dan afiliasinya sekarang beroperasi di 5 negara dan 204 kota dan kabupaten di seluruh Asia Tenggara dengan jaringan yang meliputi lebih dari 2 juta mitra pengemudi dan 400 ribu pedagang.Peluang yang diformulasikan dengan baik oleh para pendiri kemudian diubah menjadi model bisnis yang sudah divalidasi ke pelanggan. Validasi berjalan bersamaan pengembangan model bisnis dan pendanaan untuk mendapatkan skalabilitas. Peluang menjadi semakin kokoh karena para investor percaya kepada gagasan Gojek. Pendanaan, skalabilitas, dan pengembangan produk serta layanan baru secara kontiniu mengantarkan Gojek menjadi perusahaan berpredikat decacorn. 

Nadiem Makarim  mendirikan Gojek pada 2010 dan kini Gojek sudah menjadi salah satu dari 19 decacorn di dunia, dengan valuasi mencapai 10 miliar dolar AS. Gojek pertama kali berdiri sebagai call centre yang menawarkan hanya pengiriman barang dan layanan ride-hailing dengan sepeda motor. Gojek  telah bertransformasi menjadi super apps yang menyediakan lebih dari 20 layanan, mulai dari transportasi, pengantaran makanan, kebutuhan sehari-hari, pijat, bersih-bersih rumah, logistik, hingga platform pembayaran digital yang dikenal dengan GoPay. 

Berdasarkan misi yang dimilikinya, Gojek berperan menciptakan solusi untuk berbagai masalah sosial. Artinya Gojek dapat memberikan dampak sosial secara positif. Sebagai perusahaan yang mendapatkan pengakuan sebagai Companies That Change the World, Fortune menyebutkan bahwa layanan on-demand Gojek mampu mengejutkan perekonomian kota di mana bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terbantu dengan pelonjakan pendapatan setelah menjadi mitra perusahaan. Mitra pengemudi yang jumlahnya lebih dari 300 ribu pun dapat menikmati berbagai manfaat kesehatan, asuransi, pelatihan keselamatan, hingga layanan keuangan mikro.

Crunchbase, sebuah platform informasi bisnis, melaporkan bahwa Gojek adalah aplikasi super (super apps) untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari memesan makanan, perjalanan, pembayaran digital, belanja, pengiriman cepat secara lokal, sampai dengan mendapatkan layanan pijat. Gojek adalah decacorn (perusahaan dengan valuasi mencapai 10 miliar dolar AS) pertama dan tercepat di Indonesia yang membangun kerajaan bisnis berbasis on-demand di seluruh Asia Tenggara. Aplikasi Gojek diluncurkan pada 2015 di Indonesia, dan sekarang menjadi grup teknologi transaksional konsumen terbesar berbasis GTV (gross transaction value) di Asia Tenggara. Operasi Gojek didasarkan pada 3  pilar, yaitu: kecepatan, inovasi, dan dampak sosial. 

Hingga Juni 2016, aplikasi Gojek sudah diunduh hampir 10 juta kali di Google Play, dan telah tersedia di App Store.   Sebagai perusahaan rintisan yang bernaung di bawah bendera PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa, Gojek berhasil masuk dalam daftar 56 Perusahaan yang Mengubah Dunia (Companies That Change the World) sebagaimana dirilis Fortune. Gojek menempati peringkat ke-17, bersama sejumlah perusahaan kelas dunia lainnya seperti Apple (peringkat ke-3), Unilever (peringkat ke-21), dan Microsoft (peringkat ke-25). Gojek menjadi satu-satunya perusahaan asal Asia Tenggara yang masuk dalam daftar tersebut. “Ini adalah hasil dari kolaborasi begitu banyak pihak yang terus mendukung Gojek. Selain berterima kasih kepada masyarakat serta ratusan ribu mitra pengemudi, talent, dan mitra UMKM Gojek yang terus berkomitmen memberikan layanan terbaik bagi pelanggan, kami juga ingin berterima kasih kepada pemerintah yang berperan sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia,” ujar Nadiem Makarim.  

Sebelum mendirikan Gojek, Nadiem berkecimpung sebagai pengusaha dengan menjadi co-founder Zalora Indonesia. Di perusahaan itu Nadiem Makarim menjabat sebagai managing editor. Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief Innovation Officer Kartuku.  Karier bisnis Nadiem Makarim di Gojek membawanya masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Globe Asia. Nadiem Makarim diperkirakan memiliki nilai kekayaan mencapai US$100 juta. Nadiem adalah tamatan  jurusan Hubungan Internasional di Brown University, Amerika Serikat (2002) dan  meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School. Tahun 2006, Nadiem memulai karier sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company

Masuknya Gojek dalam  daftar Companies That Change the World bukanlah hasil penilaian yang serampangan, tapi  dibuat dengan sangat hati-hati. Di tahap awal, riset mengenai perusahaan yang layak untuk dipertimbangkan dilakukan bekerjasama dengan berbagai pihak independen antara lain FSG, sebuah firma konsultasi nirlaba yang fokus pada dampak sosial; Shared Value Initiative, platform global untuk institusi yang mencari solusi bisnis terhadap tantangan sosial; dan Professor Michael E. Porter dari Harvard Business School. Ada 3 penilaian yang harus dipenuhi perusahaan untuk masuk ke dalam daftar tersebut, yaitu dampak sosial yang terukur, nilai bisnis perusahaan, dan tingkat inovasi yang memungkinkan perusahaan lain mengikuti untuk melakukan dampak sosial yang sama. 


Di antara para pendiri Gojek, peran Nadiem terlihat lebih dominan, tetapi Nadiem tetap membutuhkan peran pendiri lainnya yaitu Michaelangelo Moran dan Kevin Aluwi. Michaelangelo Moran adalah salah satu co-founder yang berperan sebagai direktur brand Gojek. Di tahun 2008 Michaelangelo Moran, yang juga dikenal sebagai disc jockey (DJ), menempuh perkuliahan di bidang Art and New Media di California. Sebelumnya di tahun 2003, ia bersekolah manajemen di Boston University. Sementara Kevin Aluwi, yang menempuh pendidikan di University of Southern California (USC), berperan mengembangkan produk-produk dan teknologi Gojek. Kevin memiliki latar belakang pengolahan data dan business intelligence yang mengadopsi data untuk kepentingan strategis perusahaan seperti skema harga, pendapatan mitra pengemudi, dan strategi retensi pelanggan. Peran tersebut diperkuat oleh keahliannya mengembangkan data science di dalam ekosistem.

Ketika menempuh pendidikan di HBS (Harvard Business School), wawasan Nadiem tentang bisnis rintisan berkembang dan terasah. Bisnis rintisan dapat menjadi solusi bagi persoalan banyak orang dan memiliki dampak sosial. Nadiem banyak berdiskusi dengan teman seangkatan yang juga berasal dari Indonesia, Aldi Haryopratomo, yang menamatkan pendidikan jurusan teknik komputer di Purdue University dan pernah bekerja di Ernst and Young. Kemudian Aldi pindah ke perusahaan peminjaman modal, Kiva. Berbekal pengalaman di Kiva, Aldi membangun perusahaan rintisan bernama Mapan yang bertujuan mendukung upaya peningkatan daya beli masyarakat kurang mampu. Perjuangan Aldi membesarkan Mapan yang jatuh bangun ternyata menginspirasi Nadiem (Darmawan, dkk., 2019). 

Berbeda dengan para pendiri perusahaan rintisan yang lain (Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka), Nadiem memiliki wawasan dan pengalaman yang komprehensif untuk membangun perusahaan rintisan. Apalagi masalah yang hendak dipecahkan merupakan persoalan yang telah lama menyulitkan warga, yaitu transportasi. Dalam konteks ini, pengguna adalah pelanggan secara privat dan warga secara publik. Pengguna mengharapkan layanan transportasi yang sesuai dengan kebutuhan dan terjangkau. Visi dan misi Nadiem ini melampaui para pelaku usaha rintisan lainnya. 

Nadiem Makarim menyatakan, visi Gojek adalah membangun sesuatu yang benar-benar bermanfaat untuk Indonesia dan menggunakan teknologi untuk menciptakan dampak sosial yang positif. Dengan berfokus pada penyelesaian masalah untuk pengguna dan mitra, Gojek telah berhasil memelopori model platform multi sisi (multi sided) di mana jutaan orang dapat menggunakan layanan ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Platform tersebut menjadi wadah di mana bisnis dan pengusaha dapat mengakses konsumen, menumbuhkan pendapatan, dan membantu dengan akses ke layanan keuangan. Sedangkan misi Gojek adalah menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah sehari-hari konsumen, pengemudi, dan pedagang melalui kemitraan strategis dengan para pemimpin teknologi global. Gojek berada dalam posisi yang lebih kuat dalam memberikan produk dan pengalaman inovatif kepada jutaan orang di seluruh Asia Tenggara. 

Nadiem membangun Gojek bermula dengan 15 karyawan dan 450 mitra driver. Ia secara sadar memanfaatkan pengalamannya bekerja di Zalora. Nadiem memang membentuk dirinya menjadi seorang entreprenur dengan membagi tahapan perencanaan pengembangan diri, dengan mengetahui kapan harus bekerja dan belajar dari suatu tempat dan kapan memulai usaha sendiri. Di Zalora, Nadiem memiliki kesempatan membangun perusahaan rintisan yang telah mapan dan tentu saja bekerja bersama dengan sejumlah bakat-bakat terbaik di Asia. Menurut Nadiem, pengalaman sebelumnya memberikan kematangan untuk seseorang dalam memimpin. Dalam bahasa sederhana, seseorang dapat mengikuti dulu sebelum memimpin. 

Nadiem meyakini kepemimpinan yang terdesentraliasi, membangun, dan memberikan kepercayaam kepada orang lain akan menumbuhkan kemandirian. Langkah Nadiem tersebut sejalan dengan perkembangan organisasi yang semakin tidak hirarkies. Dengan memberikan kepercayaan kepada karyawan Gojek maupun mitra, baik ide, gagasan, dan kinerja akan muncul dan membawa kebaruan. Nadiem menghindari organisasi Gojek menjadi birokratis. Gojek harus lebih longgar dan memberikan kesempatan mitra untuk berkembang. Oleh karena itu, Gojek memberikan pelatihan yang diharapkan dapat memunculkan loyalitas kepada perusahaan.

Nadiem meyakini bahwa mentalitas kepemimpinan akan membawa perusahaan kepada bakat terbaik di negara ini, dan kepemimpinan membiarkan bakat tersebut bekerja secara mandiri. Nadiem mengatakan tentang pendekatan manajemen tim, “Saya telah melihat di banyak perusahaan bahwa semakin besar mereka tumbuh, semakin birokrasi mereka menjadi dan semakin banyak mekanisme pengendalian mereka akan ditempatkan. Ini karena mereka khawatir bahwa ketika mereka tumbuh lebih besar, potensi kehilangan kendali juga lebih tinggi. Dan ada lebih banyak rintangan yang harus Anda lewati untuk menyelesaikan pekerjaan,” ungkap Nadiem 

"Keberhasilan yang kami nikmati adalah bukti kemampuan unik Gojek untuk menciptakan nilai sosial pada skala, serta nilai bagi investor kami, dan putaran penggalangan dana terbaru ini berbicara kepada kepercayaan investor tentang kemampuan tim dalam melaksanakan visi kami." Kutipan tersebut mencerminkan rangkuman umum proposisi nilai yang telah dibangun oleh Gojek.  Target sasaran layanan Gojek mewakili generasi dan tempat, yaitu generasi milenial yang bertempat di kawasan kota atau perkotaan.Brand Gojek mewakili generasi milenial yang hadir bersamaan dengan menguatnya teknologi digital sebagai general purpose technology (GPT), yaitu teknologi yang dapat memengaruhi seluruh ekonomi. Manfaat teknologi digital menjadi maksimal dalam teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Sebagai digital native, milenial tumbuh bersama media sosial dan memanfaatkan kehadiran layanan digital untuk berbagai kepentingan. Gojek adalah salah satu layanan tersebut selain berperan sebagai pelopor di bidang transportasi  on-demand. 

Awalnya, pelanggan yang disasar Gojek adalah warga kota atau perkotaan. Layanan Gojek terkait erat dengan dukungan infrastruktur ICT yang lebih memiliki peluang besar di kawasan perkotaan dan relatif terbatas atau mungkin belum dibutuhkan di kawasan pedesaan. Sedangkan kemacetan adalah karakteristik kota atau perkotaan karena terjadinya penumpukan orang dan aktivitas menjadikan moda transportasi yang mampu menembus kemacetan menjadi relevan. Segmen pengguna layanan Gojek adalah mereka yang ingin cepat sampai di tujuan dengan biaya terjangkau, atau salah satunya, yaitu mereka yang ingin cepat sampai di tujuan dengan menembus kemacetan atau mereka yang hendak menggunakan transportasi murah. Salah satu sumber inefisiensi angkutan umum Jakarta adalah membutuhkan pergantian moda untuk mencapai tujuan. Artinya penumpang perlu beberapa kali berganti kendaraan untuk mencapai tujuan. Menumpang Gojek mengurangi pergantian tersebut sehingga menyederhanakan perjalanan dan menjadikan Gojek lebih efisien dan murah. Tentu saja layanan Gojek menjadi bernilai untuk pelanggan.  

Sementara itu, segmen penyedia layanan, yaitu pengemudi atau driver, yang menjadi mitra Gojek mendapatkan nilai karena dapat memaksimalkan penggunaan (utilisasi) kendaraan dan meningkatkan potensi jumlah penumpang. Penumpang yang diantar tidak terbatas pada area tertentu, seperti lokasi sekitar pangkalan, tetapi dapat diantar dari dan ke mana saja karena tidak terikat dengan rute tertentu. Di samping mengangkut penumpang, pengemudi juga dapat mengantar barang atau melakukan pemesanan makanan untuk pelanggan. Dengan demikian pengemudi mendapatkan manfaat berganda.

Aplikasi memunculkan tata kelola yang efisien dan transparan. Transparansi ini memberikan kepastian kepada semua pihak yang terlibat. Misalnya, harga layanan berikut formula harga Gojek dapat dipahami perhitungannya baik oleh pengemudi maupun penumpang. Harga yang dikenakan untuk pemakaian layanan Gojek lebih murah dibandingkan dengan pemakaian transportasi umum yang mengharuskan penumpang berganti kendaraan. Gojek memberikan layanan yang lebih baik untuk tujuan jarak pendek atau non rute. Saingan terdekat Gojek untuk kategori ini adalah taksi, namun taksi memiliki tarif lebih mahal dan sulit mencapai tujuan bila melalui jalan sempit atau gang. Gojek dapat melayani rute tersebut dengan harga lebih murah dan waktu tempuh lebih cepat. Layanan Gojek lebih murah dari layanan ojek reguler karena pengemudi ojek pangkalan tidak memiliki kepastian pesanan dan mengandalkan proses tawar-menawar dengan penumpang yang tidak tentu. 

Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) menyebabkan layanan Gojek dapat diakses sehingga menjadi mudah dipesan. Penetrasi internet, kepemilikan gawai, dan pengguna media sosial yang tumbuh tinggi di Indonesia, khususnya kawasan perkotaan, memberikan kemudahan bahkan kenyamanan dibandingkan layanan sejenis. Ketersediaan aplikasi Gojek yang dapat diunduh melalui smartphone lebih memudahkan pelanggan. Apalagi layanan Gojek juga mencakup jasa-jasa lain seperti pemesanan makanan (GoFood), pengantaran barang (GoSend), sampai dengan pembayaran (GoPay). 

Kemudahan pembayaran via GoPay mendorong kemunculan ekosistem Gojek. Walaupun Gojek mengaku sebagai aplikasi super (super apps), Gojek juga berbentuk platform multi sisi (multi-sided) yang diintegrasikan oleh GoPay. Jika dipecah menjadi aplikasi yang terpisah, Gojek memang aplikasi super. GoPay terus tumbuh dan bergerak menjadikan ekosistem Gojek makin solid. 

Salah satu strategi Nadiem yang memungkinkan Gojek menghadapi Uber adalah  menangkap peluang pasar orang Indonesia dengan 260 juta populasinya, 55%, di antaranya berusia di bawah 30 tahun, tidak memiliki banyak tuntutan dan tidak terganggu  oleh beragam hambatan (Davis, 2018). Sejak awal Nadiem menyadari bahwa pengemudi adalah sumber keberlangsungan Gojek. Oleh karena itu, perluasan ketersediaan pengemudi akan memunculkan rangkaian permintaan terhadap layanan Gojek. Sementara Uber melakukan promosi dan pemotongan harga yang ditujukan bagi pengemudi dan pelanggan, Gojek melakukan upaya pemasaran terfokus pada armada dengan melakukan rekrutmen secara massif di tempat seperti stadion bola basket. Langkah ini menunjukkan perbedaan dengan Uber yang menganggap pengemudi sebagai kontraktor independen. 

Menurut Crunchbase, selama lebih dari 8 tahun beroperasi Gojek menggelar 9 putaran penggalangan dana. Ada 24 investor yang telah menyuntikan dana ke Gojek dengan nilai total mencapai 3,1 miliar dolar AS. Presiden Grup Gojek Andre Soelistyo, mengatakan, “Kami bangga bahwa investor yang ada dan baru melihat nilai luar biasa ingin mendukung kami dengan apa yang kami coba capai”. Gojek adalah investasi yang benar-benar unik. Gojek adalah cara (perusahaan-red) yang paling menarik bagi investor untuk berpartisipasi dalam tahap awal Asia Tenggara menjalani transformasi menjadi ekonomi digital. Hal tersebut terbukti oleh peningkatan pesat Gojek dan kepemimpinan pasar yang berkelanjutan di pasar terbesar di kawasan ini, yaitu Indonesia.

Awalnya Nadiem Makarim merintis dan membesarkan Gojek dengan menggunakan uang tabungan. Meyakinkan banyak pihak tentang model bisnis yang belum terpikirkan tidaklah mudah. Tahapan selanjutnya Nadiem mendapat dukungan dari angel investor, yaitu Arthur Benjamin yang masuk melalui kompetisi yang diikuti Gojek di tahun 2011. Keberhasilan Gojek dalam kompetisi tersebut diganjar dengan mendapatkan bantuan permodalan. “Investor Amerika Serikat, Arthur Benjamin, sudah komit berinvestasi di bisnis kami sebab dia percaya pada idenya,” papar Nadiem (dalam Darmawan dkk., 2019). Setelah Nadiem melakukan bootstrapping yang disusul dengan mendapatkan angel investor, pendanaan Gojek menemukan titik ledak (tipping point) sejalan dengan skalabilitas bisnisnya. Keputusan Gojek untuk meluncurkan aplikasi mobile mendapatkan kepercayaan dari para investor dan ini berlangsung sejak tahun 2014 sampai dengan 2019. 

Di tahun 2014, satu tahun sebelum meluncurkan aplikasi mobile, Gojek mendapatkan investasi Seri A. Investasi ini dilakukan oleh Openspace Ventures dan Capikris Foundation. Di tahun 2015, pada putaran pendanaan Seri B, Gojek kembali mendapatkan suntikan dana dari 3 investor yang berpartisipasi, yakni Sequoia Capital India, DST Global, dan Openspace Ventures yang kembali ikut serta. Di 2016, Gojek menggelar putaran pendanaan Seri C yang diikuti 2  investor, yakni Rakuten dan (lagi-lagi) Openspace Ventures. Selang beberapa bulan di tahun yang sama, Gojek mendapatkan pendanaan Seri D yang diikuti oleh 10 investor. Pendanaan pada putaran ini dipimpin oleh Kohlberg Kravis Roberts & Co serta Warburg Pincus. Beberapa investor lainnya yang turut berpartisipasi adalah DST Global, Northstar Group, Farallon Capital Management, Rakuten, dan Sequoia Capital India. Nilai investasi yang berhasil dikumpulkan lebih dari 550 juta dolar AS.

Tahun 2017, putaran pendanaan Seri D kembali digelar Gojek. Kali ini K3 Venture menjadi pihak yang berinvestasi dengan jumlah kucuran dana yang tidak diungkap angkanya. Awal tahun 2018, Gojek kembali mendapatkan suntikan dana Seri E dari 11  perusahaan yang dipimpin oleh Tencent Holdings. Total dana yang terkumpul mencapai 1,5 miliar dolar AS. Selain Tencent, investor yang turut serta dalam seri pendanaan ini adalah Temasek Holdings, Via ID, PT. Astra International Tbk - TSO Salemba, New World Strategic Investment, Meituan-Dianping, JD.com, Hera Capital, Google, dan Blibli. Di tahun yang sama, Gojek lagi-lagi menggelar pendanaan Seri F yang diikuti 3  investor, yaitu Google, JD.com, dan Tencent Holdings dengan total dana yang didapatkan sebesar 920 juta dolar AS. Di Maret 2019 lalu, Gojek kembali meraih tambahan dana Seri F dari PT. Astra International Tbk - TSO Salemba. 

Gojek mendirikan pusat riset dan pengembangan (R&D) di India dengan mengakuisisi 2 perusahaan lokal, yaitu perusahaan rekayasa perangkat lunak C42 Engineering yang berbasis di Bengaluru, dan CodeIgnition yang berbasis di Delhi. Kesepakatan ini bertujuan membantu Gojek mendirikan pusat penelitian & pengembangan (R&D) di Bengaluru, di mana Gojek berencana untuk merekrut lebih dari 100 insinyur senior .

Gojek memusatkan perhatian pada perusahaan-perusahaan India sambil mencari solusi untuk bug perangkat lunak aplikasi mobile yang dimilikinya.“Kami kehilangan kendali atas pertumbuhan kami kemudian investor kami Sequoia mengulurkan tangan membantu dengan memperkenalkan kami kepada para pendiri C42 dan CodeIgnition, mereka menyelamatkan kami dari ledakan permintaan” kata Nadiem Makarim. Unduhan aplikasi seluler perusahaan telah meningkat menjadi 11 juta sejak diluncurkan pada Januari 2015 

Pada 22 Oktober 2019, Nadiem secara resmi menyatakan bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai CEO Gojek setelah pada pagi di hari yang sama dipanggil oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara. Pada 23 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan susunan kabinet menteri dengan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo yang dipercaya melanjutkan kepemimpinan Nadiem mengeluarkan pernyataan berikut;

 “Kami berterima kasih kepada Nadiem atas visinya dan kerjasamanya dengan kami dalam beberapa tahun terakhir untuk menciptakan hal yang menjadi besar dan berdampak luas, lebih dari yang pernah kita bayangkan.” 

“Kami merasa terhormat bahwa salah satu founder kami telah diminta untuk membantu Presiden Joko Widodo, sehingga Nadiem akan dapat menciptakan dampak positif yang lebih luas kepada seluruh masyarakat Indonesia. Kami menghormati proses yang saat ini sedang berlangsung dan mendoakan yang terbaik untuk Nadiem untuk pengumuman dari Istana Rabu besok”. 

“Nadiem mengundurkan diri dari Gojek setelah 9 tahun membangun dan membesarkan perusahaan, dari sebuah ide sederhana menjadi bisnis bernilai miliaran dolar AS yang memudahkan kehidupan sehari-hari masyarakat di Asia Tenggara, sekaligus memberikan peluang untuk menambah pendapatan bagi jutaan orang. Pencapaian Nadiem telah menjadi inspirasi bagi setiap orang di Gojek dan dia meninggalkan Gojek ketika masa depan perusahaan ini sangat cerah. Saat ini kami memiliki lebih dari 2 juta mitra driver di Asia Tenggara dan lebih dari 400,000 mitra usaha, yang telah memproses lebih dari dua miliar transaksi per tahun”. 

“Kami berdua telah menjalankan bisnis Gojek bersama Nadiem untuk beberapa waktu, sehingga pergantian kepemimpinan ini tidak akan berdampak, baik pada keseharian operasional maupun pertumbuhan perusahaan. Andre akan fokus pada strategi korporasi, alokasi modal, ekspansi internasional, serta layanan pembayaran dan keuangan. Sementara Kevin akan fokus pada pengembangan produk, strategi pemasaran, pengembangan organisasi dan juga layanan ride-hailing serta pesan-antar makanan”. 

“Sebagai perusahaan startup berskala besar, kami harus senantiasa siap dengan segala macam perubahan termasuk menyiapkan rencana suksesi di Gojek. Kami telah memiliki rencana yang matang untuk pertumbuhan Gojek ke depan dan didukung oleh talenta terbaik kelas dunia yang telah bergabung bersama Gojek dalam beberapa tahun terakhir. Seluruh manajemen Gojek memiliki visi yang sama dalam membangun perusahaan serta kemampuan eksekusi yang handal”. 

“Kami berterima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah mengakui dampak signifikan Gojek kepada masyarakat. Kami sangat menghormati proses di Istana dengan tidak membahas lebih detail sebelum pengumuman besok. Kami harapkan yang terbaik bagi Nadiem menyusul misi penting yang kini diembannya.” 


*Diikhtisarkan dari pembahasan tentang Perusahaan Rintisan Indonesia dalam buku Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan (2020)  karya M Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Pembaca yang berminat memiliki buku tersebut dapat melakukan pemesanan di sini: https://tokopedia.link/lW52tQJgLcb 






Comments